Perbedaan yang menggolongkan perpecahan
dan tidaknya
Copyright http://www.dida.vbaitullah.or.id
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk
kepada cahaya iman, Dien yang lurus yaitu agama Islam melalui hamba pilihan-Nya Muhammad SAW. Dan yang telah meneguhkan hati
para hambanya yang teguh dalam memegang aqidah yang lurus. Shalawat dan salam teriring kepada teladan kita Rasulullah Muhammad
SAW, Nabi yang terakhir, juga kepada para keluarga dan para sahabatnya serta kaum Muslimin/muslimat yang teguh mengikuti ajaran
dan aqidahnya sampai akhir jaman, amin.
Berkembangnya gerakan (harakah) aliran-aliran sempelan di Indonesia
yang telah tersebar luas di penjuru tanah air, sudah sangat meresahkan masyarakat. Pengaruh ajarannya telah dapat mengubah
gaya dan cara hidup (way of life) bagi pengikutnya. Gerakan mereka sangat halus dan pintar sehingga tidak semua orang dapat
mengetahui, terlebih memahami bahwa pemahamannya bertentangan dengan pemahaman para ulama generasi salaf, yang merupakan generasi
sebaik-baik ummat. Hanya dengan petunjuk, taufik dan hidayah Allah SWT, kita dapat menempuh jalan yang lurus.
Isyarat munculnya berbagai penyimpangan dan munculnya aliran-aliran
menyesatkan telah disabdakan oleh Rasulullah SAW,
"Akan keluar suatu kaum akhir jaman, orang-orang muda
berfaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan "Khairil Bariyah"(maksudnya: mengucapkan firman-firman Tuhan yang dibawa
oleh Nabi). Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana meluncurnya anak panah dari
busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka." (Hadits Sahih riwayat Imam Bukhari).
Dari Ibnu 'Abbas r.a. berkata Rasulullah SAW. pernah bersabda,
"Sesungguhnya di masa kemudian aku akan ada peperangan
di antara orang-orang yang beriman." Seorang sahabat bertanya: "Mengapa kita (orang-orang yang beriman) memerangi orang yang
beriman, yang mereka itu sama berkata: 'Kami telah beriman'." Rasulullah SAW. bersabda: "Ya, karena mengada-adakan di dalam
agama, apabila mereka mengerjakan agama dengan pendapat fikiran, padahal di dalam agama itu tidak ada pendapat fikiran, sesungguhnya
agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya." (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kita, bahwa di masa
kemudian akan ada peperangan (baik perang mulut, perang pemikiran maupun perang fisik) yang terjadi di kalangan orang-orang
yang beriman. Hal ini karena di antara ummat ini sebagiannya ada yang mengadakan dan mengikuti bid'ah yang sebelumnya dalam
agama tidak diajarkan. Dari sinilah terjadinya perbedaan-perbedaan dalam satu agama. Akan tetapi tidak semua perbedaan-perbedaan
itu dilarang dalam agama. Perbedaan dalam Islam dibolehkan dalam hal yang bersifat cabang atau (furu'), yaitu masalah- masalah
fiqiyah yang rumit-rumit, dimana terjadi perbedaan penafsiran di kalangan para ulama. Adapun perbedaan yang dilarang adalah
perbedaan dalam hal pokok (ushul), yaitu perbedaan dalam memahami masalah-masalah aqidah pada umumnya, serta pemahaman masalah
hukum-hukum Islam yang telah jelas, dan menjadi kesepakatan para ulama (jumhur ulama).
Perbedaan pendapat di dalam Islam dapat dipahami dengan mudah
seperti contoh yang kami berikan berikut ini: Secara umum perbedaan pendapat di dalam Islam ada dua macam, yaitu:
- Perbedaan pendapat yang dapat mengakibatkan perpecahan, yaitu
perbedaan dalam hal ushul (masalah pokok, yaitu masalah aqidah).
- Perbedaan pendapat yang tidak mengakibatkan perpecahan, yaitu
perbedaan dalam hal furu' (masalah cabang, yaitu masalah fiqiyah).
Misalnya keyakinan tentang AL-QUR'AN. Bahwa ajaran yang
benar seperti yang diberitakan dari Rasulullah SAW, juga yang dipahami oleh para sahabat, ulama salaf dan yang mengikutinya,
adalah bahwa Al-Qur'an itu kalamullah, dan bukan makhluk. Jadi jika ada yang berkeyakinan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk,
maka itu adalah keyakinan yang menyimpang.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SIAPAKAH NABI DAN RASUL
TERAKHIR. Bahwa jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa Muhammad SAW adalah penutup para nabi dan rasul. Jika ada
yang berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad ada nabi lagi seperti misalnya golongan AHMADIYAH mengakui Mirza Ghulam Ahmad
dari India adalah sebagai nabinya, maka itu adalah keyakinan yang menyimpang dan jelas golongan yang sesat.
Misalnya lagi, keyakinan tentang MENGHUKUMI KAFIR TERHADAP
ORANG LAIN. Bahwa jawaban dan keyakinan yang benar adalah bahwa orang kafir yang akan kekal di dalam neraka adalah orang
yang tidak meyakini (dengan hati, lisan, perbuatan) akan LAA ILAAHAILLALOOH dan yang murtad keluar dari Islam. Maka
jika ada golongan yang mengatakan orang Islam lain, yang tidak bergabung dalam jama'ahnya adalah kafir, seperti keyakinan
jama'ah LDII dan yang sejenisnya, maka itulah keyakinan yang menyimpang dan sesat.
Misalnya lagi, keyakinan tentang SHALAT WAJIB LIMA WAKTU.
Keyakinan yang benar adalah bahwa shalat lima waktu hukumnya adalah wajib, setelah syareat ini disampaikan oleh Allah kepada
Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Jika ada aliran yang menyatakan bahwa shalat lima waktu untuk saat ini tidak
wajib, dengan berbagai alasan, seperti aliran Al-ZAYTUN yang pesantrennya sangat megah di Indramayu itu, maka aliran itu sudah
pasti adalah aliran sesat. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya.
Misalnya tentang masalah ADZAN DALAM KHUTBAH JUM'AT.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam dimana pada saat mendirikan shalat Jum'at ada yang adzannya hanya sekali
ada yang dua kali. Ini adalah perbedaan pendapat karena historis dan interpretasi yang berbeda. Maka dalam perbedaan semacam
ini , tidak bisa yang satu terhadap yang lainnya menyatakan aliran sesat. Inilah yang dimaksud perbedaan pendapat yang tidak
dilarang. Misalnya lagi tentang masalah JUMLAH REKAAT DALAM SHALAT TARAWIH. Terjadi perbedaan pendapat di kalangan
ummat Islam dimana pada saat mendirikan shalat Tarawih ada yang 11 rekaat, ada yang 23 rekaat. Ini juga perbedaan pendapat
yang tidak mengakibatkan perpecahan. Jadi kelompok yang satu tidak bisa menyatakan sesat terhadap kelompok yang lainnya. Dan
masih banyak lagi contoh-contoh yang lainnya.
Inilah, salah satu contoh sederhana yang kami terangkan yang
mungkin dapat memudahkan memahami perbedaan pendapat di dalam Islam. Dalam hal perbedaan pendapat yang terakhir kami sebutkan,
yaitu perbedaan pendapat dalam hal furu' (cabang), maka salah satu pihak tidak dibenarkan mengklaim bahwa hanya pendapatnya
sendirilah yang benar dan yang lain dianggap salah atau menyatakan sesat kepada pihak lain yang berbeda pemahaman, terlebih
lagi menuduh pendapat lain sebagai kafir. Sedangkan pada perbedaan pendapat pada hal yang ushul (pokok), maka dibenarkan untuk
menyatakan bahwa pendapat dari firqah yang lain yang bertentangan dengan kalangan Ahli Sunnah wal Jama'ah adalah pendapat
yang menyesatkan dan bahkan dapat menjurus kepada kafir.
Ijtihad ulama dalam masalah hukum itu seperti ijtihadnya orang
yang mencari arah Ka'bah. Bila empat orang shalat dan setiap orang menghadap ke suatu arah yang ia yakini sebagai arah kiblat,
maka shalat keempat orang itu sah dan benar. Sedangkan yang shalat menghadap Ka'bah dengan tepat hanya satu dan dialah yang
mendapatkan dua pahala. (Demikian, pernah dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
Sedangkan perbedaan seseorang di dalam menempuh jalan yang benar,
beragama dengan aqidah yang lurus diibaratkan sebagai orang yang mencari Ka'bah di hamparan bumi yang datar. Keempat orang
yang shalat dengan menghadap kepada arahnya masing-masing, meyakini arahnya benar menuju Ka'bah, maka yang jalannya menuju
kearah yang benar hanya satu, dialah yang akan menemukan Ka'bahnya. Sedangkan yang lainnya masing-masing yang satu berlawanan
dan yang dua menyimpang, maka mereka tidak akan menemukannya.
Demikian halnya dengan aliran pemahaman yang telah benar-benar
jauh menyimpang dalam hal-hal prinsip; berdasarkan kesepakatan di kalangan Ahli Sunnah wal Jama'ah, maka ini termasuk kedalam
golongan atau firqah sempalan. Aliran sempalan tersebut sekarang telah banyak bermunculan di seluruh penjuru dunia, dari Timur
sampai ke Barat, termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dapat dilihat dalam banyak kelompok/aliran, seperti: Ahmadiah
dari India, Jamus (Jama'ah Muslimin) dari Cilengsi Bogor, LK (Lembaga Karasulan), Isa Bugis, Syi'ah,
kemudian LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia) dan masih banyak lagi aliran-aliran yang menyimpang. Di dalam aliran
kelompok sempalan seperti ini banyak dijumpai pemahaman agama yang menyimpang karena mereka memahami agama dengan sekehendak
para pimpinan atau para pendiri-pendirinya, dengan cara mengambil dalil-dalil yang sesuai dan diartikan sekehendak mereka.
Mereka mempelajari ilmu tidak melalui jalur-jalur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bahkan diantara mereka terdapat
aliran yang mengharamkan mempelajari ilmu di luar alirannya. Mereka benar-benar memiliki cara atau teknik yang dapat menjaring
orang-orang awam dan dengan rapi dapat pula membungkamnya melalui dogma-dogma yang diajarkannya.
Maka telah kita ketahui bersama, datangnya jaman penuh dengan
fitnah, yaitu merajalelanya aliran-aliran sempalan yang merupakan firqah baru dalam jama'ah kaum muslimin. Oleh karena itu
kami mengajak kepada diri kami dan juga kepada kaum Muslimin sekalian, tetaplah berpegang teguh dengan keimanan dan prinsip
aqidah yang lurus dan benar mengikuti jejak ulama yang lurus sesuai pemahaman generasi slafus solih yang mengikuti sunnah
Rasul dan menetapi kewajiban bertakwa kepada Allah SWT.
Lantas bagaimanakah seharusnya sikap kita sebagai seorang muslim,
yang mengaku mengikuti sunnah Rasulullah SAW?
Firman Allah SWT,
"...dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain)." (Q. S. Al-An'aam: 153).
Seorang tokoh tabi'in dan ahli tafsir, Abu Al-Hajjaj Mujahid
bin Jabar Al-Makki, berkata, "Jalan-jalan yang dimaksud dalam firman Allah tersebut adalah jalan-jalan bid'ah dan syubhat."
Dari Al-Irbadh bin Suriyah r.a. berkata: Rasulullah SAW. pernah
bersabda,
"Saya berpesan kepada kamu sekalian, hendaklah kamu
takut kepada Allah dan mendengarkan serta patuh, sekalipun kepada bangsa Habsy, karena sesungguhnya orang yang hidup antara
kamu sekalian di kemudian aku, maka akan melihat perselisihan yang banyak; maka dari itu hendaklah kamu sekalian berpegang
kepada sunnahku dan sunnah para khulafah yang menetapi petunjuk yang benar; hendaklah kamu pegang teguh akan dia dan kamu
gigitlah dengan geraham-geraham gigi, dan kamu jauhilah akan perkara-perkara yang baru diada-adakan, karena sesungguhnya semua
perkara yang baru diadakan itu bid'ah, dan semua bid'ah itu sesat."(Hadits riwayat Ahmad)
Allah SWT berfirman,
"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalilah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian."
(Q. S. An-Nisaa': 59)
Dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah kepada
suatu ummat sebelumku, melainkan dari umatnya itu terdapat orang-orang yang menjadi pengikut dan sahabatnya, yang mengamalkan
Sunnahnya dan menaati perintahnya. (Dalam riwayat lain dikatakan, "Mereka mengikuti petunjuknya dan menjalankan Sunnahnya.")
"Kemudian setelah terjadi kebusukan, dimana mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu
yang tidak diperintahkan. Maka orang-orang yang memerangi mereka dengan lidahnya, niscaya dia termasuk orang-orang yang beriman.
Demikian juga dengan orang yang memerangi mereka dengan hatinya, niscaya dia termasuk orang yang beriman. Selain itu, maka
tidak ada keimanan sebesar biji sawi pun." (HR. Imam Muslim)
Nabi SAW telah bersabda,
"Apabila kamu melihat orang-orang yang ragu dalam agamanya
dan ahli bid'ah sesudah aku (Rasulullah SAW) tiada, maka tunjukkanlah sikap menjauh (bebas) dari mereka. Perbanyaklah lontaran
cerca dan tentang mereka dan kasusnya. Dustakanlah mereka agar mereka tidak makin merusak (citra) Islam. Waspadai pula orang-orang
yang dikhawatirkan meniru-niru bid'ah mereka. Dengan demikian Allah akan mencatat bagimu pahala dan akan meningkatkan derajat
kamu di akhirat." (HR. Ath- Thahawi)
Kita telah diajarkan untuk tidak berlemah lembut kepada kelompok
aliran yang menyimpang dan menyesatkan, dan jika ingin mencari keutamaan, maka berdakwahlah dengan menjelaskan penyimpangan
ajarnnya agar orang-orang mengetahuinya.
Sesungguhnya setiap muslim memang harus memprioritaskan husnudhan
(prasangka baik) kepada sesama muslim, dan juga di dalam mensifati orang lain harus adil. Tetapi tidaklah semua keadaan disikapi
demikian, ada keadaan perkecualian, sebagai contohnya adalah seperti kisah sbb:
"Dikatakan kepada Nabi SAW: "Ya Rasulullah, sesungguhnya
fulanah menegakkan shalat lail, berpuasa di siang harinya, beramal dan bersedekah (tetapi) ia menyakiti tetangganya dengan
lisannya." Bersabda Rasulullah SAW: "Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk ahli neraka." Berkata (perawi): "Sedangkan fulanah
(yang lain) melakukan shalat maktubah dan bersedekah dengan benaja kecil (tetapi) dia tidak menyakiti seseorang pun." Maka
bersabda Rasulullah SAW: "Dia termasuk ahli surga." (Silsilah Hadits As-Shahihah, no. 190).
Dalam hal ini kata-kata Nabi "Tidak ada kebaikan padanya, dia
termasuk ahli neraka", padahal orang yang dikatakannya adalah orang yang rajin mengerjakan syareat. Kemudian pernyataan Nabi
SAW terhadap perbuatan orang yang kedua yang hanya menyebut kebaikannya tanpa menyinggung kejelekannya. Kemudian, Allah SWT
juga mengisahkan Abu Lahab dan isterinya dengan lima ayat dalam Al-Qur'an, yang isinya kejelekan semuanya, padahal keduanya
(sedikit atau banyak) juga mempunyai kebaikan, bahkan Abu Lahab termasuk tokoh yang dihormati dan disegani di kalangan Quraisy.
Maka dalam membicarakan kebaikan dan keburukan orang atau golongan,
ada perkecualiannya. Adapun perkecualian itu secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua keadaan, yaitu:
- DALAM RANGKA NASEHAT DAN PERINGATAN UMMAT Pada
keadaan ini, tidak ada keharusan untuk menyebutkan kebaikan, ketika menyebutkan keburukan seseorang/golongan. Bahkan cukup
menyebutkan keburukannya saja. Misalnya membicarakan Ahli bid'ah, seperti LDII, yang mengada-adakan syareat dengan mengharuskan
setiap orang harus berbai'at kepada imam jama'ah LDII, jika tidak maka kafir. Dan masih banyak penyimpangan syareat lainya.
- DALAM RANGKA MENJELASKAN ATAU MENGISAHKAN SESUATU
Dalam keadaan ini, menyebutkan kebaikan dan keburukan orang atau golongan tertentu secara bersamaan diperbolehkan, selama
tidak menimbulkan madlarat. Misalnya saja menyebutkan sifat seorang perawi hadits. Adapun mengenai perincian ghibah (membicarakan
kejelekan orang lain) yang diperbolehkan, Imam Nawawi dalam kitab dan juz yang sama hal. 142-143 mengatakan: "Akan tetapi
ghibah itu diperbolehkan karena enam sebab." Diantaranya dua telah disebutkan di atas.
Allah SWT telah berfirman bahwa Dia-lah yang menjaga Al-Qur'an
(agama ini) sampai waktu yang dikehendaki-Nya. Allah menjaganya melalui hamba-hamba yang beriman yang teguh di dalam mengikuti
jejak dan ajaran Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW telah menjamin akan adanya segolongan umat yang
tetap atas kebenaran hingga hari kiyamat. Rasulullah SAW telah bersabda,
"Akan ada segolongan dari umatku yang tetap atas kebenaran
sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu." (HR. Imam Bukhari) "Akan tetapi ada dari kalangan umatku sekelompok
orang yang terus-menerus menjelaskan dan menyampaikan kebenaran, sehingga orang yang ingin menghinakan tidak akan mendatangkan
mudharat bagi mereka sampai datang putusan Allah (hari kiamat)." (HR. Imam Muslim)
Ummat tersebut adalah ummat yang telah disebut di atas sebagai
satu golongan yang masih mengikuti sunah-sunah Rasulullah SAW yang akan selamat yaitu Ahli Sunnah wal Jama'ah.
Kepada Saudara sekalian yang masih merasa bingung dan ragu karena
telah mengikuti pengajian suatu aliran, dan kemudian diajak untuk menjadi anggota, hendaknya jangan langsung menerima sebelum
meminta pendapat dari orang-orang alim yang lurus atau kepada pihak lain yang dapat dimintai pendapatnya dengan benar dan
obyektif.
Lebih utama dari semua itu adalah memohon petunjuk jalan yang
lurus kepada Allah SWT Yang Maha Memberi petunjuk. Tiada yang dapat menyesatkan siapa yang Allah tunjuki jalan yang lurus.
Dan tiada yang dapat menunjukan jalan yang lurus, siapa yang Allah sesatkan. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan
petunjuk dan semoga kita termasuk orang yang ditunjukan dan menempuh jalan yang lurus dengan taufik dan hidayah-Nya, amin.