Cara mendidik anak
Syekh
uthaimin
Apabila
telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka
selayaknya
dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang
cukup.
Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap
menerima
segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-
hal
yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga
orang
tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. Sebaliknya,
jika
ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan
keburukan
itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa
karenanya.
Oleh
karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan
tanggung
jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik
dan
penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya.
Di
antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai
berikut:
1.
Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca
basmalah,
memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak
mendahului
makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red).
Kemudian
cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang
makan.
2.
Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya
mengunyahnya
dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam
mulut
sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan
jangan
sampai mengotori pakaian.
3.
Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus
pakai
lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan
kesan
bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu
banyak
makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini
untuk
mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut
saja.
4.
Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal
makanan
dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu
cinta
dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia
melepaskannya.
5.
Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan
warna-warni
dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu
hanya
untuk kaumwanita.
6.
Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya
mengingkarinya.
Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya
hingga
melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-
hal
ini.
7.
Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa
bermegah-megahan
dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka
bisa
jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang
jelek
akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia
memiliki
akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras
kepala,
merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang
salah
di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan
memberikan
pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.
8.
Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur'an dan buku-
buku,
terutama di perpustakaan. Membaca al Qur'an dengan tafsirnya,
hadits-hadits
Nabi n dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia
juga
harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah
orang-orang
shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa
mencintai
dan menela-dani mereka.
Dia
juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy'ariyah,
Mu'tazilah,
Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid'ah lainnya agar
tidak
terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang
banyak
ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat
kemampuan
anak.
9.
Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya
sekedar
menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan
jiwa.
10.
Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-
syair
tentang kezuhudan dan akhlak mulia. Itu semua menunjukkan
kesempurnaan
sifat dan merupakan hiasan yang indah.
11.
Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan
segan-segan
memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagia-
kannya.
Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan
disebar-kan
di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang
dilakukannya
tidak baik.
12.
Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi
di
tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan
kepadanya
jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci
dan
meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi,
sebab
yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh
lagi
dengan kemarahan.
13.
Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi
dengan
anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali
pada
saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan
perasaan
hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak
bahwa
jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan
dari
ayah.
14.
Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan
rasa
malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari
jika
sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan
dengan
aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan
dan
melemahnya kondisi badan.
15.
Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk
karena
mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam
kenikmatan.
Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena
terlalu
lama tidur dan kurang gerak.
16.
Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi,
sebab
ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan
bahwa
itu tidak baik.
17.
Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu
pagi
agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah
(atau
menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa
menyi-bukkan
diri dengan kegiatan itu.
18.
Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak
(berkacak)
pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri.
19.
Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya,
pakaian
atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia
ber-sikap
tawadhu', lemah lembut dan menghormati temannya.
20.
Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu
mencintai
emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan
rasa
takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan,
melebihi
rasa takut terhadap ular atau kalajengking.
21.
Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari
keluarga
terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan
menurunkan
wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap
tamak
atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu
adalah
perbuatan mulia dan terhormat.
22.
Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat
umum,
membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama
muslim
dan banyak menguap.
23.
Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan
menegakkan
kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan
memeluk
kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak.
Demikian
cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah
Shallallaahu
alaihi wa sallam.
24.
Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau
dzikir
kepada Allah.
25.
Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau
dusta
agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.
26.
Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti
melaknat
atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-
orang
yang suka melakukan hal itu.
27.
Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam
kondisi
sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan
mendorongnya
untuk membiasakan hal tersebut.
28.
Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk
melepaskan
kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar,
membaca
di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.
29.
Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus
diperintahkan
untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan
bersuci
(wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan
berkhianat.
Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-
perintah.
30.
Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru,
pengajar
(ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua.
Ajarkan
agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa
mungkin
dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).
31.
Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa
tamyiz
hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah
ditujukan
bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di
antara
beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi
pendidikan
anak perempuan.
Wallahu
a'lam.
Dari
mathwiyat Darul Qasim "tsalasun wasilah li ta'dib al abna''"
asy
Syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin rahimahullah .
Diterjemahkan
oleh, Ubaidillah Masyhadi