Menulusuri jejak Sunnah - Firqotun Najiyah

Cara mendidik anak
Home | Thibbun An Nabawi | Link | Mengenal Ulama | Artikel Umum | Referensi | Aqidah | Firqah baru | Fiqih | Hadits | Sejarah | Sholat Kita | Informasi

Enter subhead content here

Cara mendidik anak

Syekh uthaimin

 

Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka

selayaknya dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang

cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap

menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-

hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga

orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. Sebaliknya,

jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan

keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa

karenanya.

 

Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan

tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik

dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya.

Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai

berikut:

 

1. Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca

basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak

mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red).

Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang

makan.

 

2. Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya

mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam

mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan

jangan sampai mengotori pakaian.

 

3. Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus

pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan

kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu

banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini

untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut

saja.

 

4. Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal

makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu

cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia

melepaskannya.

 

5. Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan

warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu

hanya untuk kaumwanita.

 

6. Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya

mengingkarinya. Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya

hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-

hal ini.

 

7. Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa

bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka

bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang

jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia

memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras

kepala, merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang

salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan

memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.

 

8. Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur'an dan buku-

buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur'an dengan tafsirnya,

hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia

juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah

orang-orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa

mencintai dan menela-dani mereka.

 

Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy'ariyah,

Mu'tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid'ah lainnya agar

tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang

banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat

kemampuan anak.

 

9. Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya

sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan

jiwa.

 

10. Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-

syair tentang kezuhudan dan akhlak mulia. Itu semua menunjukkan

kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.

 

11. Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan

segan-segan memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagia-

kannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan

disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang

dilakukannya tidak baik.

 

12. Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi

di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan

kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci

dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi,

sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh

lagi dengan kemarahan.

 

13. Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi

dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali

pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan

perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak

bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan

dari ayah.

 

14. Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan

rasa malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari

jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan

dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan

dan melemahnya kondisi badan.

 

15. Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk

karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam

kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena

terlalu lama tidur dan kurang gerak.

 

16. Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi,

sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan

bahwa itu tidak baik.

 

17. Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu

pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah

(atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa

menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu.

 

18. Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak

(berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri.

 

19. Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya,

pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia

ber-sikap tawadhu', lemah lembut dan menghormati temannya.

 

20. Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu

mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan

rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan,

melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.

 

21. Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari

keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan

menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap

tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu

adalah perbuatan mulia dan terhormat.

 

22. Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat

umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama

muslim dan banyak menguap.

 

23. Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan

menegakkan kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan

memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak.

Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah

Shallallaahu alaihi wa sallam.

 

24. Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau

dzikir kepada Allah.

 

25. Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau

dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.

 

26. Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti

melaknat atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-

orang yang suka melakukan hal itu.

 

27. Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam

kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan

mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.

 

28. Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk

melepaskan kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar,

membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.

 

29. Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus

diperintahkan untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan

bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan

berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-

perintah.

 

30. Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru,

pengajar (ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua.

Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa

mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).

 

31. Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa

tamyiz hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah

ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di

antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi

pendidikan anak perempuan.

 

Wallahu a'lam.

 

Dari mathwiyat Darul Qasim "tsalasun wasilah li ta'dib al abna''"

asy Syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin rahimahullah .

Diterjemahkan oleh, Ubaidillah Masyhadi

 

Enter supporting content here

Jika anda melihat kebenaran didalamnya, maka pujilah Allah tabaraka wata`ala dan jika anda mendapati kebalikanya ,saya  berharap anda berkenan menegur saya,serta berikanlah doŽa kebaikan untuk saya, semoga Allah meluruskan kesalahan saya dan mengampuni keteledoran saya... !!
kritik + saran: loper_kor4n@yahoo.com  Last update ,25 november 2010
Terhitung sejak,16 April 2005 anda pengunjung yang ke: