Menulusuri jejak Sunnah - Firqotun Najiyah

Syiah
Home | Thibbun An Nabawi | Link | Mengenal Ulama | Artikel Umum | Referensi | Aqidah | Firqah baru | Fiqih | Hadits | Sejarah | Sholat Kita | Informasi

MUQADDIMAH

Semenjak kematian Imam mereka, Syi'ah mengalami perkembangan dan perpecahan.
Dan semakin jauh perpecahan mereka, semakin banyak pula ajaran dan paham
baru. Dimana tidak jarang ajaran Syi'ah dalam satu periode bertentangan
dengan ajaran mereka pada periode sebelumnya. Karena setiap Imam memberikan
ajaran, dimana perkataan Imam bagi Syi'ah adalah hadits, sama dengan sabda
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam. Bahkan ada yang
ber-anggapan bahwa perkataan Imam sama dengan firman Allah. Namun yang kita
bicarakan dalam kapasitas ini adalah kelompok Syi'ah yang percaya kepada dua
belas Imam (Syi'ah Imamiyah Al-Itsna 'Asyariyah) dan sekte inilah yang masuk
dan berkembang di Indonesia.

Namun kemungkinan orang-orang Syi'ah di sekitar anda akan mengingkari
tulisan ini sambil berkata: "Syi'ah tidak seperti ini!" Tetapi tidak
selayaknyalah mereka mengingkari perkataan-perkataan ulama-ulama besar
me-reka, Karena bahan bacaan yang kami gunakan dalam penyusunan risalah ini
menggunakan kitab-kitab pokok Syi'ah yang ditulis oleh ulama-ulama besar
Syi'ah sebagai referensi.

PEMBAHASAN

Abdullah bin Saba' adalah seorang pendeta Yahudi dari Yaman yang pura-pura
masuk Islam pada akhir kekhalifahan 'Utsman radiallahu 'anhu. Dialah orang
yang pertama mengisukan bahwa yang berhak menjadi khalifah setelah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah Ali Shallallahu 'Alaihi
Wasallam.

Tetapi pada abad ke-14, dimunculkanlah isu bahwa Abdullah bin Saba' itu
adalah manusia bayangan. Mungkin didorong oleh rasa tidak enak, karena
timbul imajinasi bahwa ajaran Syi'ah itu berasal dari Yahudi. Tetapi itu
merupakan fakta sejarah yang telah dibakukan, diakui oleh ulama-ulama Syi'ah
pada jaman dahulu hingga sekarang.

Sungguh keliru orang yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara Sunni
dan Syi'ah, kecuali sebagaimana perbedaan yang terjadi antara madzhab yang
empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) dan masalah-masalah furu'iyah
ijtihadiyyah!

Ketahuilah bahwa Syi'ah adalah agama di luar Islam. Perbedaan antara kita
kaum Muslimin dengan Syi'ah sebagaimana berbedanya dua agama dari awal
sampai akhir yang tidak mungkin disatukan, kecuali salah satunya
meninggalkan agamanya.

Agar para pembaca mengetahui bashirah (yakni hujjah yang kuat dan terang
naqliyyun dan aqliyyun) bahwa Syi'ah adalah dien/agama, maka di bawah ini
kami tuliskan sebagian dari aqidah Syi'ah yang tidak seorang Muslim pun
meyakini salah satunya melainkan dia telah keluar dari Islam.

1. Mereka mengatakan bahwa Allah Ta'ala tidak mengetahui bagian tertentu
sebelum terjadi. Dan mereka sifatkan Allah Ta'ala dengan al-Bada' yakni
Allah Subhanahu wa Ta'ala baru mengetahui sesuatu setelah terjadi.
2. Tahriful Qur'an (Perubahan Al-Qur'an). Yakni mereka mengi'tiqadkan telah
terjadi perubahan besar-besaran di dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat dan
surat-suratnya telah dikurangi atau ditambah oleh para shahabat Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam di bawah pimpinan tiga khalifah yang merampas
hak ahlul bait, yaitu Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman radhiallahu 'anhum
ajmain. Salah satu ayat yang dibuang menurut versi Syi'ah adalah ayat
wilayah (kedudukan) yang terdiri dari tujuh ayat. Kami tuliskan ayat
ketujuhnya : Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan Ali termasuk
orang-orang yang menjadi saksi.
3. Mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur'an yang ada di tangan kaum Muslimin
dari zaman shahabat sampai hari ini tidak asli lagi. Kecuali Al-Qur'an
mereka yang tiga kali lebih besar dari Kitabullah yang mereka namakan mushaf
Fatimah yang akan dibawa oleh Imam Mahdi.  Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
berfirman (yang terjemahannya):

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami-lah
yang benar-benar memelihara/menjaganya." (Al-Hijr: 9).
(Al-Qur'an) yang tidak datang padanya kebathilan baik dari depan maupun
belakangnya, yang diturunkan ALLAH Yang Maha Bijaksana (lagi) Maha Terpuji."
(Fush-shilat : 42).

Alangkah besarnya dusta dan penghinaan mereka terhadap Al-Qur'an. Allah
Subhanahu wa Ta'ala tegaskan bahwa Al-Qur'an di dalam pemeliharaan-Nya dan
tidak akan kemasukan satupun yang bathil dari segala jurusan. Akan tetapi
mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an telah diubah oleh tangan-tangan manusia,
yaitu para shahabat.

4. Mengadakan penyembahan terhadap manusia. Mereka bersikap berlebih-lebihan
terhadap imam-imam mereka, sehingga mereka tinggikan sampai kepada derajat
uluhiyyah (ketuhanan). Untuk itu, mereka telah berbohong atas nama shahabat
besar ahlul jannah, Ali bin Abi Thalib bersama istrinya (Fatimah puteri Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam) dan kedua orang anaknya (Hasan dan
Hushain) dan seluruh ahlul bait. Lihatlah kepada sebagian perkataan ulama
mereka tentang Ali bin Abi Thalib yang kata mereka -secara dusta- telah
mengatakan:

Demi Allah. Sesungguhnya akulah yang bersama Ibrahim di dalam api, dan
akulah yang men-jadikan api itu dingin dan selamatlah Ibrahim. Dan aku
bersama Nuh di dalam bahtera (kapal), dan akulah yang menyelamatkannya dari
teng-gelam. Dan aku bersama Musa, lalu aku ajarkan ia Taurat. Dan akulah
yang membuat Isa dapat berbicara di waktu masih bayi dan akulah yang
mengajarkannya Injil. Dan aku bersama Yusuf di dalam sumur, lalu aku
selamatkan ia dari tipu daya saudara-saudaranya. Dan aku bersama Sulaiman di
atas permadani (terbang), dan aku-lah yang menundukkan angin untuknya).
(Dinukil dari kitab Syi'ah wa Tahrifu al-Qur'an oleh Syaikh Muhammad
Malullah halaman 17, nukilan dari kitab al-Anwaaru an-Nu'maaniyyah (I/31)
salah satu kitab terpenting Syi'ah).

Sekarang lihatlah apa yang dikatakan Khomeini, pemimpin besar agama Syi'ah
di dalam kitabnya al-Hukuumatu al-Islamiyyah (hal. 52):

"Dan sesungguhnya yang terpenting dari madzhab kami, sesungguhya imam-imam
kami mempunyai kedudukan (maqam) yang tidak bisa dicapai oleh seorang pun
malaikat yang muqarrab/dekat dan tidak oleh seorangpun Nabi yang pernah
diutus."

Maksudnya, imam-imam mereka itu jauh lebih tinggi dari para malaikat dan
sekalian Nabi yang pernah diutus. Inilah salah satu penghinaan terbesar
Khomeini kepada seluruh Malaikat dan para Nabi semuanya (termasuk Jibril dan
Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, berpegang kepada keumuman lafadz yang
diucapkan Khomeini). Sangat tidak pantas seorang pemuda Ahlus Sunnah
mengidolakan orang seperti ini, bahkan sampai memajang posternya di dalam
kamarnya.

Mereka pun meriwayatkan secara dusta atas nama Ali: Dan akulah yang
menghidupkan dan memati-kan. (Syi'ah wa Tahrifu al Qur'an, hal 17).

Lihatlah! Bagaimana mereka samakan Ali dengan Namrud dan Fir'aun yang
mengaku sebagai tuhan yang menghidupkan dan mematikan.
5. Di antara I'tiqad Syi'ah yang terpenting dan menjadi salah satu asas
agama mereka adalah aqidah raj'ah, yaitu keyakinan hidup kembali di dunia
ini sesudah mati, atau kebangkitan orang-orang yang telah mati di dunia.
Peristiwanya terjadi ketika Imam Mahdi mereka bangkit dan bangun dari tidur
panjangnya yang sampai sekarang telah seribu tahun lebih (karena selama ini
ia bersembunyi di dalam gua). Kemudian dihidupkanlah kembali seluruh imam
mereka dari yang pertama sampai yang terakhir tanpa terkecuali Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam dan putri beliau Fatimah. Kemudian
dihidupkan kembali pula musuh-musuh Syi'ah yang terdepan yakni Abu Bakar,
Umar dan Utsman dan seluruh shahabat dan seterusnya. Mereka semua akan
diadili, kemudian disiksa di depan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi
Wasallam karena telah mendzalimi ahlul bait, merampas imamah dan seterusnya.
(Lihat kitab mereka, Haqqul Yaqin, Hal. 347).

Agidah Raj'ah ini terang-terangan telah mendustakan isi Al-Qur'an
diantaranya firman ALLAH Subhanahu wa Ta'ala (yang terjemahannya):
"Dan di hadapan mereka (orang-orang yang telah mati) ada alam kubur sampai
hari mereka dibangkitkan (yakni hari kiamat)."
Ayat yang mulia ini menegaskan bahwa orang yang telah mati akan hidup di
alam barzakh (alam kubur) dan tidak akan hidup lagi di dunia sampai mereka
dibangkitkan nanti pada hari kiamat.
6. Pengkafiran kepada seluruh shahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Aalihi Wasallam, kecuali beberapa orang seperti Ali, Fatimah, Hasan dan
Hushain dan..Mereka merendahkan para shahabat dengan caci maki dan laknat
dalam melawan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang banyak memuji para
shahabat di antaranya keridhaan Allah kepada mereka radhiallau 'anhum
ajmain.
7. Taqiyyah. Berkata Mufid dalam kitabnya Tashhiih al-I'tiqaad, menerangkan
pengertian taqiyah dikalangan Syi'ah:

"Taqiyah adalah menyembunyikan kebenaran dan menutupi keyakinannya, serta
menyem-bunyikannya dari orang-orang yang berbeda dengan mereka dan tidak
menampakkannya kepada orang lain karena dikhawatirkan akan berbahaya
terhadap aqidah dan dunianya."

Ringkasnya, taqiyah adalah berdusta untuk menjaga rahasia. Hakekat Syi'ah
memang terka-dang sulit diketahui para pengikutnya sendiri. Itu semua
dikarenakan aqidah taqiyah dan kitman (sikap menjaga rahasia) yang ada pada
mereka. Bahkan terkadang mereka berpenampilan seolah-olah mencintai Ahlus
Sunnah, sehingga semua ini menjadikan orang-orang yang polos di kalangan
Ahlus Sunnah tertipu dan terpedaya oleh mereka.

Syi'ah mensyari'atkan dusta yang merupakan aqidah yang harus dipercayai dan
bahkan masuk dalam rukun iman, sebagaimana disebut-kan dalam kitab mereka:

"Kulani menukil dari Abdullah, ia berkata: Taq-walah atas agamamu dan
berhijablah dengan "taqiyah", maka sesungguhnya tidak sempurna iman
seseorang apabila tidak berdusta (taqiyah). (Ushulul Kaafi hal. 483. Al
Kaafi merupakan salah satu kitab pegangan pokok mereka dalam hal aqidah dan
agama Syi'ah Imamiah).

Kulaini mengatakan dari Abdullah ia berkata: Adalah Bapakku mengatakan: "Dan
apakah yang dapat menenangkan pikiranku selain berdusta (taqiyah).
Sesungguhnya taqiyah adalah surga bagi orang yang beriman." (Ushul Al-Kaafi
hal.484).

Jagalah agama kalian dan lindungilah dengan taqiyah, sesungguhnya tidak
beriman bagi siapa yang tidak bertaqiyah. (Al Kulani dalam Ushul Al-Kafi,
I/218).

Rafidhah (Syi'ah) memandang wajibnya menggunakan taqiyah terhadap kaum
Muslimin. Dengan taqiyah, seakan mereka menunjukkan iltizam-nya tehadap
hukum Islam. Saling meno-long dengan dasar cinta dan kasih sayang dengan
kaum Muslimin. Padahal kenyataannya mereka berlepas diri dari kaum Muslimin.
Mere-ka menganggap bahwa Ahlus Sunnah lebih kafir daripada orang-orang
Yahudi, Majusi dan Musyrik. Mereka juga memandang bahwa mereka tidak mungkin
bertemu dengan kaum Muslimin dalam masalah agama. Seperti yang dijelaskan
oleh Ni'matullah al-Jazairi, ia berkata: "Sesungguhnya kita tidak bertemu
dengan mereka atas satu ilah (sembahan), tidak pula atas satu nabi dan tidak
pula atas satu imam. Yang demikian itu karena mereka mengatakan bahwasanya
Tuhan mereka adalah yang mengutus Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam
sebagai nabinya dan mengangkat Abu Bakar sebagai khalifahnya. Sedangkan kami
tidak mengatakan dengan Tuhan yang demikian itu dan tidak pula dengan
nabinya. Akan tetapi yang kami katakan bahwa Tuhan yang mengangkat Abu Bakar
bukanlah Tuhan kita, tidak pula nabi tersebut adalah nabi kita."
(Ash-Shirath al-Mustaqim Ila Mustahqi at-Taqdim, III/73).

Oleh karena itu mereka menyelisihi kaum Muslimin dalam segala perkaranya.
Menjadikan hal demikian sebagai prinsip mereka yang paling penting, dan
mereka membangun agamanya atas prinsip tersebut. Seperti yang diriwayatkan
oleh ash-Shadiq dari Ali bin Absath, ia berkata: "Aku berkata kepada Radha
'Alaihissalaam : 'Aku memiliki masalah, tetapi aku tidak memperoleh
pemecahannya. Sedang di negeri tersebut tidak seseorang pun ulama kita
(Syi'ah). Radha menjawab: 'Datanglah kepada ahli fiqh yang ada di negeri
itu, lalu mintalah fatwa berkenaan dengan masalahmu. Tapi ambillah
kebalikannya. Karena, kebenaran itu ada pada kebalikan (pernyataan fatwa)
tersebut." (Dikutip dari kitab mereka Al-Anwar An-Nu'maniyah II/278).

Menurut Khomeini, imannya orang Syi'ah tidak sempurna kecuali bila ia telah
berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Al-Hukumat al-Islamiyyah hal. 83).

Berkata Ash-Shadiq; "Ayahku berkata dalam suratnya: 'Janganlah engkau
bermakmum shalat kecuali pada dua macam orang. Pertama orang yang engkau
percayai agama dan kewaraannya. Kedua, orang yang engkau khawatirkan pedang,
kekerasan, dan kekejiannya terhadap agama-(mu). Shalatlah di belakangnya
dengan cara taqiyah dan berpura-pura." (Dikutip dari kitab mereka Man laa
yahdhuruhu al-Faqiih, I/265).

Syaikh mereka Majlisi meriwayatkan dari Abi Abdillah, bahwasanya ia pernah
berkata: ....... Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Diperintahkan supaya bertaqiyah....." (Kitab Syi'ah, Bihar al-Anwar,
XXIV/47)

Inilah kepalsuan yang sangat besar terhadap kedudukan Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam dan terhadap keluarga-nya dan kerabatnya. Seandainya kita
menerima bahwa ahlul bait takut terhadap para penguasa, maka siapakah yang
ditakuti oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan kepada siapakah
beliau pernah bertaqiyah? Padahal beliaulah yang tegak menentang kaum kafir
Quraisy dan para pembesarnya. Beliau hadapi mereka, beliau selisihi agamanya
serta beliau seru mereka untuk beribadah kepada Allah semata. Jadi
mengaitkan taqiyah kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan keluarganya
merupakan dusta yang sangat besar.

BEBERAPA KEYAKINAN ANEH SYI'AH

1. Ahlus Sunnah menurut Syi'ah adalah najis.

Berkata Ruhullah al-Musawi: "Sedangkan Nashib (Ahlus Sunnah) dan khawarij
dilaknati oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Keduanya adalah najis tanpa
diragukan." (Tahriru al-Wasilah, I/118. Beirut).

Berkata Syaikh mereka al-Majlisi: "Nuh Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi
Wasallam membawa babi dan anjing dalam kapalnya dan tidak membawa anak zina.
Dan nashib (Ahlus Sunnah) lebih jahat dari anak zina."

2. Harta dan darah Ahlus Sunnah di sisi Syi'ah

Berkata Muhammad bin Ali Babawaihi al-Qummi, dia meriwayatkan dari Daud
al-Farqad: "Aku bertanya kepada Abu Abdullah 'Alaihissalaam : Bagai-mana
pendapat Anda tentang membunuh an-Nashib (Ahlus Sunnah)?" Ia menjawab:
"Halal darahnya, akan tetapi lebih aman bila anda sanggup menimpuk-nya
dengan tembok atau membenamkan ke da-lam air supaya tidak ada saksi." Aku
bertanya lagi: "Bagaimana dengan hartanya?" Ia menjawab: "Sikat saja
semampumu." ('Ilal asy-Syara'I hal 601. Nejef).

3. Sikap Syi'ah terhadap empat Imam madzhab

Jika Syi'ah menampakkan penghormatannya terhadap keempat imam madzhab, maka
itu hanya dalam rangka taqiyah.
Muhammad Ridha ar-Ridhawi berkata : "Sekiranya pengaku-pengaku Islam dan
Sunnah mencintai Ahlul Bait tersebut dan mereka tidak akan mengambil
ketentuan-ketentuan hukum agama mereka dari orang-orang yang menyimpang,
seperti Abu Hanifah, Syafi'i, Malik dan Ibnu Hambal." (Kadz-dzabu 'Alaa
Syi'ah, hal. 279. Teheran).

4. Semua sanad dan riwayat Syi'ah pasti bertentangan dengan yang lain

Berkata as-Sayyid Dalhar Ali al-Ludnawi: "Hadits-hadits yang berasal dari
para imam ini amat beragam. Hampir tidak dijumpai satu hadits pun melainkan
ada lagi hadits lain yang mena-fikan. Dan hampir tidak ada kesepakatan
riwayat, kecuali terdapat riwayat lain yang bertentangan." (Asasu al-Ushul
hal. 51. Lucknow-India).

5. Imam Mahdi Syi'ah memerintah dengan syari'at Daud, bukan syari'at
Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam

Ash-Shadiq mengutip riwayat dari Abu Ja'far yang berkata: "Bila imam ghaib
datang, ia akan memerintah dengan hukum Daud. Ia tidak meminta
penjelasan."(Tarikh Ma Ba'da Dzuhur, hal. 728 & 810. Beirut).
Dalam kitab yang sama, berkata Ash-Shadiq: "Dunia tidak akan berakhir
sebelum keluar seorang pria dari kalanganku yang akan memerintah dengan
syari'at Daud."

6. Kekuasaan imamnya menyamai kekuasaan Allah

Abu Abdullah mengatakan: "Sesungguhnya Dunia dan Akhirat adalah milik imam.
Ia letakkan dimana saja boleh sesuai kehendaknya dan diberikan kepada siapa
saja menurut kehendaknya. Karena itu adalah merupakan mandat dari Allah."
(Ushul al-Kaafi hal. 259 Bab al-Ardhu Kulluhu lil Imam).

7. Imam mereka mengetahui yang ghaib

Abu Abdullah berkata: "Sesungguhnya saya mengetahui segala sesuatu yang ada
di langit dan di bumi, dan saya mengetahui segala yang ada di surga dan apa
yang ada di Neraka, dan saya mengetahui segala yang belum dan akan terjadi."
(Ushul al Kaafi hal. 160).

8. Penghinaan terhadap Isteri-Isteri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Aalihi Wasallam

Dalam kitab Haqqul Yaqin, Muhammad Baqir al-Majlisy hal. 519, disebutkan
dalam bahasa Perancis yang terjemahannya adalah: "Dan aqi-dah kita (Syi'ah)
adalah bebas dari empat ber-hala: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Mu'awiyah. Dan
bebas dari empat berhala wanita: Aisyah, Hafsah, Hindun dan Ummul Hakam.
Serta bebas pula dari pengikut dan pendukung mereka. Sesungguhnya mereka
adalah sejelek-jelek makhluk ciptaan ALLAH dimuka bumi."

9. Penghinaan kepada para Khalifah selain Ali

al-Majlisi menyebutkan: "Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar keduanya adalah
Fir'aun dan Haman." (Haqqul Yaqin hal. 367).

10. Menghalalkan meminjamkan tubuh wanita

Abu Ja'far Muhammad Ibnu Hasan At-Thusi menyebutkan dari Muhammad bin Muslim
dari Abu Ja'far, ia berkata: Aku tanyakan kepadanya: "Halalkah laki-laki
meminjamkan pada temannya tubuh puterinya untuk disetubuhi?" Jawabnya:
"Boleh. Bahwa halal bagi dia sebagaimana halal bagi temannya meminjamkan
kemaluan putrinya untuk disetubuhi." (Al-Istibshar Juz III hal. 136).

Muhammad Ibnu Mudharrib berkata: Berkata kepadaku Abu Abdullah: "Hai
Muhammad, ambillah putri ini untuk melayanimu dan untuk kamu setubuhi. Maka
bila kamu telah selesai menyetubuhinya, kembalikan dia kepadaku." (Al
Istibshar Juz III hal. 136 dan dalam Furu'ul Kaafi hal. 200).
"Allaahumma! Ampunilah hamba dari terlalu banyak menulis ucapan-ucapan kotor
dan menjijikkan ini."

NIKAH MUT'AH DALAM SYI'AH

Setelah membaca kitab Syi'ah wa Ahlul Ba'it hal. 221-230 Ihsan Ilahi Zhahir,
Syi'ah wal Mut'ah (seluruh isi kitab), Muhammad Maalullah; Tuhfatu al Itsna
'Asyariyyah hal. 227-230, dan lain-lain kitab, maka dapat dirinci nikah
mut'ah yang terjadi pada kuam Syi'ah, sebagai berikut:
1. Nikah yang bertempo atau kontrak dalam waktu tertentu dan telah disetujui
oleh kedua belah pihak.
Misalnya satu bulankah, seminggu atau satu hari pun boleh, bahkan satu kali
jima' pun jadi.
Apabila waktu habis.? Keduanya pun berpisah! Kecuali kalau keduanya setuju
untuk menambah atau memperpanjang kontrakan. Memang aneh tapi itulah yang
terjadi pada kaum syi'ah dan mereka tidak bisa mengingkarinya kecuali
bertaqiyah (berdusta untuk menutupi rahasia).

2. Dalam nikah ini, wali dan dua orang saksi tidak menjadi syarat sahnya
nikah.

Jadi apabila seorang laki-laki menyatakan keinginannya kepada seorang
perempuan yang akan dimut'ahnya dengan mahar sekian dan dalam waktu sekian,
kemudian perempuan itu setuju, maka jadilah mereka mut'ah meskipun tanpa
dihadiri oleh wali dan saksi, kecuali mereka berdua.

3. Dalam nikah mut'ah ini tidak ada thalaq.

4. Tidak ada 'iddah syar'i kecuali 'iddah yang dibuat-buat oleh kaum Syi'ah
dan itu bukanlah suatu keharusan.

5. Tidak ada waris-mewarisi apabila salah seorangnya wafat.

6. Tidak ada kewajiban memberi nafkah.

7. Tidak ada batas jumlah perempuan yang bisa dimut'ah.

8. Seorang lak-laki boleh mut'ah dengan perempuan yang mana saja dan dari
agama apa saja. Yahudi, Nashrani, Budha atau Hindu dan lain-lain agama
sampai kepada yang tidak beragama. Khomeini, di dalam kitabnya Tahriru
al-Wasilah dengan tegas memfatwakan kebolehan mut'ah dengan perempuan
pelacur.

9. Boleh mut'ah dengan isteri orang secara sembunyi-sembunyi.

10. Diperbolehkannya menyetubuhi dubur isterinya atau wanita mut'ahnya yang
kita namakan sebagai liwath. Inilah perbuatan yang mendapat laknat dari
Allah dan Rasul-Nya.

11. Ada satu mut'ah yang mereka namakan dengan mut'ah dauriyyah (mut'ah
jama'ah bergi-liran. Caranya: beberapa orang laki-laki (berjama'ah) mut'ah
dengan seorang perempuan, kemudian mereka ikrar saling bergantian
menyetubuhi perempuan tersebut.


Orang-orang Syi'ah tidak bisa mengingkarihal-hal ini karena semua itu
dinukil dari kitab ulama-ulama mereka.

KEDUDUKAN MUT'AH DALAM AGAMA SYI'AH

Di dalam agama Syi'ah nikah mut'ah mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
dan mulia. Ibadah yang paling afdhal dan seutama cara untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada Allah. Mut'ah adalah rukun iman.
Ibnu Babawaih meriwayatkan : Bahwa Abu Ja'far (Muhammad Baqir) pernah
ditanya: Apakah orang mut'ah itu mendapat pahala? Jawabnya: Kalau ia
melakukannya karena Allah Yang Maha Tinggi dan dalam rangka mengingkari
orang yang menentang amalan ini, maka tidaklah ia berbicara satu kata dengan
wanita mut'ahnya. Maka Allah akan menulis kebaikan pada setiap kata, dan
tidaklah laki-laki yang mengulurkan tangannya kepada wanita yang hendak
dimut'ah melainkan Allah akan menulis kebaikan baginya, dan bila ia mendekat
kepada wanita mut'ahnya melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya, dan
bila ia mandi junub setelah berhubungan badan dengan wanita mut'ahnya, Allah
akan mengampuni dosanya sebanyak air yang mengalir lewat rambutnya. Aku
bertanya: Sebanyak rambutnya? Jawabnya: Ya, sebanyak rambutnya. (Man laa
Yadhurruhu Faqih Juz III hal 295).

Dan di antara penghinaan besar kaum syi'ah kepada Rasulullah ? ialah
kebohongan-kebohongan mereka dalam membuat hadits-hadits palsu atas nama
Nabi yang mulia, Sayyidu al-Anbiya' wal- Mursalin ?. Hadits-hadits palsu
yang telah dibuat oleh Syi'ah, baik atas nama beliau ??atau ahlul bait,
jumlahnya banyak sekali, mencapai puluhan ribu lebih. Bahkan sampai ratusan
ribu dalam seluruh kegiatan agama mereka, dan salah satunya adalah dalam
kawin mut'ah. Di antara hadits-hadits palsu yang mereka sandarkan atas nama
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam tentang nikah mut'ah
adalah:
"Barangsiapa yang keluar dari dunia ini (wafat) dan ia belum melakukan
mut'ah, niscaya ia akan datang pada hari kiamat dengan hidung yang
terpotong."

Dalam hadits buatan mereka yang lain disebutkan : "Barangsiapa yang mut'ah
sekali saja, niscaya dimerdekakan sepertiga dirinya dari api neraka. Dan
barang siapa yang mut'ah sampai dua kali, niscaya dimerdekakan dua pertiga
dirinya dari api neraka. Dan barang siapa yang mut'ah tiga kali, niscaya
dimerdekakan seluruh dirinya dari api neraka".

Hadits palsu yang lain menyebutkan: "Barangsiapa yang mut'ah satu kali saja
derajatnya seperti derajat Husain. Dan barangsiapa yang mut'ah sampai dua
kali derajatnya sama dengan Hasan. Dan barang siapa yang mut'ah sampai tiga
kali derajatnya sama dengan derajat Ali bin Abi Thalib. Dan barang siapa
yang mut'ah sampai empat kali, niscaya derajatnya seperti derajatku
(Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam). (Baca Syi'ah wa Ahlu
al-Bait, hal 217-219 oleh Ihsan Ilahi Zhahir).

Kita bertanya kepada Syi'ah: "Bagaimana derajat orang yang mut'ah lebih dari
empat kali?"
Allahumma! Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu dari menukil
riwayat-riwayat yang kufur ini.
Ambil misal, umpamanya dalam satu bulan seorang wanita dapat dimut'ah oleh
tiga puluh orang laki-laki kalau ditakdirkan setiap orang laki-laki
mut'ahnya satu hari. Dan di dalam agama Syi'ah perbuatan di atas dibolehkan,
bahkan semakin banyak mut'ahnya seseorang semakin tinggi derajatnya di sisi
ALLAH. Lantas dengan cara apa kita membedakan perempuan-perempuan Shalihah
dengan para pelacur! Dengan cara apa wahai kaum Rafidhah ?

"Maka terdiamlah (tidak bisa menjawab) orang yang kafir itu." (al-Baqarah:
258).

Para pembaca mungkin akan bertanya-tanya heran apa yang membuat syi'ah
demikian beraninya berbohong atas nama ALLAH dan Rasul-Nya?
Jawabnya : Bahwa agama Syi'ah dibina dan diciptakan atas dasar kebohongan di
atas kebohongan. Bohong adalah agama mereka sebagaimana mereka telah
tegaskan: At-Taqiyah Dinunna ("Nifak adalah agama kami!"). Bohong merupakan
syi'ar agama mereka! Tidak ada agama bagi mereka tanpa berbohong! (Baca
kitab Syi'ah: Ushul al-Kaafi hal 484)

MUT'AH ADALAH ZINA

Dalil Pertama:
ALLAH Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya):

"Dan orang yang menjaga (farji) kemaluan mereka, kecuali kepada
isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka dalam hal ini
sesungguhnya mereka tidak tercela. Maka barangsiapa yang mencari selainnya
(yakni selain dari isteri atau budak), maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas. (al-Mukminun: 5-7).

Dalil Kedua:
"Dan hendaklah orang-orang yang tidak/belum mampu menikah (tetap) menjaga
kesucian (diri)nya (ta'affuf), sampai ALLAH mencukupi mereka dengan
karunia-Nya. (an_Nur: 33).

Dalil ketiga: (Lihat QS: An-Nisa: 25)

Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam:

1. Dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu, berkata:

"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Aalihi Wasallam melarang
kawin mut'ah dan makan daging Himar piaraan pada waktu perang Khaibar." (HR.
Bukhari & Muslim).

Ali radhiallahu 'anhu yang termasuk Ahlul Bait dan termasuk imam bagi
kelompok Syi'ah telah meriwayatkan hadits yang menerangkan bahwa kawin
mut'ah telah dilarang sejak perang Khaibar untuk selama-lamanya, maka sangat
tidak beralasan kalau kelompok Syi'ah justru mengingkari hadits yang telah
diriwayatkan oleh imam mereka, dengan tetap bersikukuh atas bolehnya kawin
mut'ah, padahal dengan tegas imam mereka meriwayatkan hadits atas pelarangan
kawin kontrak tersebut.
2. Dari Ibnu Subrah al-Juhany berkata: Rasulullah ? bersabda: "Wahai
manusia, sesungguhnya aku pernah mengizinkan kepadamu kawin mut'ah dan
sesungguhnya ALLAH telah mengharamkannya sampai Hari Kiamat. Barangsiapa
yang masih mempunyai mut'ah maka tinggalkanlah dan bila telah memberikan
kontraknya janganlah diminta kembali sedikitpun." (HR. Muslim).

Dan masih banyak riwayat-riwayat shahih lainnya yang menjelaskan tentang
pengharaman kawin mut'ah.
SEKILAS INFO

ط Harian Terbit, Kamis 25 September 1997

KH. Irfan Zidny, MA yang mengaku satu guru satu ilmu dengan Ayatullah
Khomeini memang layak untuk menyatakan kepedihan hatinya di hadapan sekitar
1000 peserta seminar sehari tentang Syi'ah di Aula Masjid Istiqlal Jakarta.
Kiai jebolan Baghdad ini tidak dapat memben-dung deraian air matanya ketika
memulai membeberkan kesesatan aliran Syi'ah dalam seminar Nasional tentang
Syi'ah tersebut

ط As-Sabiqunal Awwalun (ASA) Edisi V Th.II/1411 H.
Mahasiswi semester VII sebuah perguruan tinggi yang mengaku jurusan Sospol
di Bandung, mengeluhkan rasa pedih pada bagian alat vitalnya, kemudian
memeriksakannya kepada salah seorang Dokter Penyakit Kulit dan Kelamin
bernama Dokter Hanung. Wanita asal Pekalongan yang tinggal di Bandung di
sebuah rumah kos "Wisma Fathimah" Jl. Alex Kwilarang 63 itu telah dua kali
memeriksakan penyakit yang dideritanya kepada dokter tersebut yang pada
akhir kalinya ia tercengang mendengar keterangan dokter bahwa sesuai hasil
penelitian laboratorium, semua menyokong diagnosis bahwa penyakit yang
diderita wanita yang katanya sering mengikuti pengajian Jalaluddin Rahmat di
Bandung itu menderita penyakit yang disebabkan karena terlalu sering
berganti-ganti pasangan dalam berhubungan badan, atau yang lazim disebut
penyakit yang diderita para pelacur. Mendengar keterangan dokter bahwa
penyakit yang dideritanya adalah penyakit kotor yang memalukan dan
mematikan, maka Mahasiswi yang berjilbab biru dan bercadar itu terkejut dan
berteriak sambil berkata: "Tidak mungkin." (Halaman 44 s.d 47 berjudul :
PASIEN TERAKHIR).

Inilah salah satu contoh akibat buruk dari kawin mut'ah yang telah
mencemarkan citra wanita Muslimah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

ط REPUBLIKA, Selasa 26 Juli 1994 hal. 16
Iran merupakan negara basis dan produk Syi'ah. Negara dengan luas wilayah
1.648.000 Km2 dan jumlah penduduk 64.625.455 jiwa 98% memeluk agama Islam
Syi'ah tersebut dipimpin oleh Rafsanjani, dia dipusingkan dengan lahirnya
250.000 bayi tanpa bapak akibat Kawin Mut'ah atau kawin kontrak.
Iran merupakan negara Islam yang bebas dari segala bentuk pelacuran. Prianya
berjubah, sementara wanita berjilbab dan bercadar. Namun yang mengagetkan
adalah negara tersebut adalah termasuk sarang AIDS.

Pada tahun 1994 yang lalu di Republik Islam Iran sudah terdata 82 orang yang
meninggal karena AIDS dan yang terserang AIDS sudah mencapai 5.000 orang.

Itulah sebagian dari kerusakan nikah mut'ah agama Syi'ah, pengikut-pengikut
Abdullah bin Saba', sang penyebar fitnah dan kerusakan besar di dalam Islam
dan kaum Muslimin. Hendaknya kaum Muslimin waspada dan hati-hati terhadap
agama Syi'ah yang mengatasnamakan Islam ini. Dan kepada mereka yang tertipu
oleh Jurus Taqiyah (berbohong untuk menyembunyikan rahasia) segeralah
bertaubat kembali kepada Rabbul 'Alamin.
Inilah perkenalan kita dengan agama Syi'ah buatan kaum zindiq dan munafik,
ajaran yang sesat dan menyesatkan dan menjadi shaf terdepan dari sekalian
ajaran sesat dan kufur yang akan merusak Islam dan kaum Muslimin dari dalam.

Maraji'
1. Syi'ah Mut'ah dan Bahayanya Oleh Muhammad Sufyan Raji Abdullah, Lc
2. Majalah As-Sunnah, Edisi 16/Th. Ke-2

PERLU UNTUK DIWASPADAI !!!
Penerbit buku 'MIZAN'; Ikatan Pemuda Ahlul Bait Indonesia (IPAB); Ikatan
Jama'ah Ahlul Bait Indonesia (IJABI); Pesantren dan Yayasan Al-Muthahari
Bandung dengan Jalaluddin Rahmat-nya; Yayasan Al-Muntazhar Jakarta; Yayasan
Pesantren Islam (YAPI) Bangil; Yayasan Al-Jawwad Bandung; Yayasan
Al-Muhibbin Probolinggo; Pesantren Al-Hadi Pekalongan; YAPISMA Malang;
Yayasan Madinatul Ilmi Depok; Buletin Al-Tanwir; Buletin Al-Jawwad; Buletin
Al-Ghadir; Majalah Al-Musthafa; Majalah Al-Hikmah; Majalah Al-Mawaddah;
Majalah Yaum Al-Quds;. Mereka menyusup pula di surat kabar Republika, bahkan
ke dalam organisasi massa besar seperti ICMI.

Jika anda melihat kebenaran didalamnya, maka pujilah Allah tabaraka wata`ala dan jika anda mendapati kebalikanya ,saya  berharap anda berkenan menegur saya,serta berikanlah doŽa kebaikan untuk saya, semoga Allah meluruskan kesalahan saya dan mengampuni keteledoran saya... !!
kritik + saran: loper_kor4n@yahoo.com  Last update ,25 november 2010
Terhitung sejak,16 April 2005 anda pengunjung yang ke: